|
sumber foto : http://img.okeinfo.net/content/2013/05/28/279/813679/LyYUHXZKCj.jpg |
Tanaman accra (sejenis akasia) tumbuh subur di daerah Kalimantan Barat, sekira sejam perjalanan dari Pontianak.
Lantaran
tumbuh baik, dalam lima tahun saja tanaman itu sudah bisa mulai dipanen
untuk menjadi bahan baku industri bubur kertas (
pulp). Di
Kalimantan Barat, tanaman yang dibudidayakan dalam Hutan Tanaman
Industri (HTI) tersebut pada akhirnya menjadi industri yang berkembang
untuk menopang kebutuhan pabrik bubur kertas yang saat ini
terkonsentrasi di Pulau Sumatera.
Perusahaan HTI lain yang
berkembang di Kabupaten Sanggau dan Sintang, Kalimantan Barat adalah
Finantara yang semula merupakan lahan pengembangan perusahaan patungan
dari Finlandia. Tanaman dari Finantara tersebut, yang umumnya berupa
eucalyptus, kemudian juga menjadi sumber yang penting bagi pengembangan
industri bubur kertas tersebut. Berbagai tanaman dari HTI tersebut, baik
dari Sumatera, Kalimantan, maupun pulau-pulau lain, pada akhirnya
menjadi bagian dari urat nadi industri bubur kertas di Tanah Air.
Dengan
umur panen yang pendek (dibandingkan dengan daerah Skandinavia yang
memerlukan waktu untuk panen sampai 40 tahun), HTI tersebut mampu
menyediakan bahan baku industri secara berkelanjutan. Industri bubur
kertas, yang merupakan industri sangat padat modal, berkembang di
beberapa tempat di Indonesia. Basis utama yang sangat kuat yakni di
Provinsi Riau. Di sana terdapat pabrik bubur kertas Indah Kiat yang
merupakan bagian dari grup besar Sinar Mas serta Riau Andalan yang
menjadi bagian dari grup Raja Garuda Mas.
Sementara itu, Tanjung
Enim Lestari merupakan pabrik bubur kertas yang dewasa ini dimiliki oleh
Marubeni yang beroperasi di Sumatera Selatan. Daerah lain yang memiliki
pabrik bubur kertas adalah Kalimantan Timur. Indah Kiat yang tergabung
dalam Asia Pulp and Paper merupakan industri
pulp dan kertas
yang terbesar di Indonesia. Dari pabrik di Perawangan Riau tersebut,
bubur kertas kemudian dijadikan kertas melalui berbagai pabrik, baik di
Riau maupun pabrik Indah Kiat, Tjiwi Kimia, Pindo Deli, dan Lontar
Papyrus yang tersebar di berbagai tempat di Indonesia.
Sebagian
besar bubur kertas tersebut juga diekspor ke berbagai negara, terutama
ke China, di mana perusahaan tersebut juga pemain yang sangat besar di
negara tersebut. Hal yang sama juga terjadi pada Riau Andalan yang
merupakan bagian dari APRIL (Asia Pacific Resources International
Limited). Pabrik pulpnya yang berkapasitas dua juta ton dan pabrik
kertasnya yang berkapasitas 800 ribu ton merupakan pemain yang sangat
penting di Indonesia maupun pasar global.
Dengan permintaan
pulp yang
tinggi di pasar global, terutama untuk kebutuhan industri kertas tulis,
kertas tisu, kertas karton untuk kemasan, dan sebagainya, salah satu
raksasa dari industri pulp Indonesia akan menambah pabrik baru di daerah
Sumatera Selatan. Pabrik tersebut akan menggunakan kapasitas dua juta
ton sehingga kapasitas industri pulp di Indonesia akan meningkat sangat
besar. Perkembangan HTI di berbagai tempat tampaknya seiring dengan
peningkatan kapasitas industri bubur kertas.
Di Indonesia masih
banyak lagi industri kertas yang terus berkembang sejalan dengan
permintaan yang sangat besar dari industri makanan-minuman, tekstil,
elektronika, maupun industri farmasi. Berbagai industri tersebut sangat
membutuhkan kertas karton untuk kemasan produk mereka yang dihasilkan
oleh industri Corrugated Box. Dari berbagai informasi yang berhasil
dikumpulkan, industri ini berkembang pesat sejalan dengan pertumbuhan
berbagai industri penggunanya tadi.
Selain dihasilkan para
raksasa tersebut, beberapa industri kertas karton di Indonesia juga
beroperasi menggunakan kertas dan karton bekas yang dikumpulkan dari
Indonesia maupun diimpor dari negara lain. Ini berarti bisnis
recycling kertas
tersebut berkembang secara luar biasa di Indonesia. Dari salah satu
pabrik yang saya kunjungi di daerah Cengkareng, perusahaan tersebut
memanfaatkan limbah karton bekas pakai yang memenuhi halaman pabrik.
Karton
bekas itu kemudian diolah menjadi bubur kembali. Dalam proses tersebut
tentu ditambahkan bahan-bahan lain misalnya bahan kertas dengan serat
panjang sehingga kertas karton yang dihasilkan dari kertas bekas
tersebut tetap akan memiliki kualitas tinggi. Kebetulan pabrik tersebut
memiliki unit yang menghasilkan kertas Kraft dan ada juga yang
menghasilkan kertas Duplex. Gulungan kertas karton yang dihasilkan
perusahaan tersebut sebagian digunakan sendiri untuk menghasilkan
kotak-kotak kemasan karton yang dewasa ini permintaannya sangat tinggi.
Sebagian
besar lainnya juga dipakai untuk memasok pabrik-pabrik karton kemasan
yang banyak beroperasi di sekitar Kota Jakarta maupun daerah lainnya.
Jika kita melihat pertumbuhan industri elektronika sebesar lebih dari 20
persen, industri produk konsumer seperti Unilever, Indofood, dan Wings
juga tumbuh tinggi, serta-merta permintaan kemasan karton bagi produk
mereka juga meningkat tinggi. Ini mengakibatkan berbagai perusahaan
corrugated box tersebut harus memperluas usahanya secara konsisten untuk memenuhi kebutuhan tersebut.
Dengan
melihat gambaran semacam itu, merupakan suatu hal yang aneh bahwa
industri kertas, pulp, dan barang cetakan di Indonesia dilaporkan oleh
Badan Pusat Statistik (BPS) mengalami penurunan pada 2012 maupun pada
kuartal I-2013. Beberapa raksasa kertas tersebut masih terus
berekspansi, termasuk rencana penambahan pabrik pulp baru, karena
melihat kebutuhan kertas dan pulp global yang terus meningkat. Demikian
juga dengan berbagai perusahaan kertas lebih kecil yang banyak
beroperasi di Jawa dengan memanfaatkan limbah kertas yang ada juga
berekspansi terus-menerus.
Dalam suatu gathering dengan beberapa
pabrik karton kemasan saat Hari Raya Imlek yang lalu, saya mencoba
menegaskan sekali lagi kepada mereka mengenai perkembangan industri
tersebut. Secara serempak mereka mengatakan pertumbuhan mereka sangat
tinggi karena permintaan yang terus mengalir bagi produk mereka. Rasanya
Kementerian Perindustrian dan BPS perlu meninjau kembali keseluruhan
industri untuk memberikan gambaran yang lebih riil apa yang saat ini
terjadi.
Saya meyakini, industri bubur kertas dan industri kertas
di Indonesia dewasa bukan hanya kuat di pasar domestik, melainkan juga
sudah menjadi industri yang sangat disegani di pasar global. Salah satu
pemainnya bahkan sudah menjadi pemain utama dalam industri kertas global
tersebut.
CYRILLUS HARINOWO HADIWERDOYO
Pengamat Ekonomi
(Koran SI/Koran SI/ade)
Sumber : http://economy.okezone.com/read/2013/05/28/279/813679/redirect